Selasa, 13 Januari 2009

Bahan Baku Obat Generik Disubsidi

Departemen Kesehatan akan memberi subsidi dan insentif pasar pada industri farmasi menengah ke bawah melalui program obat generik bersubsidi. Hal ini untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat di Indonesia sebagai antisipasi bila terjadi resesi ekonomi.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam jumpa pers, Senin (12/1) di Jakarta, mengatakan, harga obat-obatan di dalam negeri sangat dipengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sulit diprediksi setahun ke depan karena krisis keuangan global. Di sisi lain, mayoritas obat-obatan tergantung pasokan dari luar negeri dalam bentuk bahan baku maupun obat jadi.

Bila harga obat-obatan itu melambung, masyarakat menengah ke bawah akan kesulitan mengakses obat-obatan yang dibutuhkan. ”Krisis keuangan global juga berimbas pada kelangsungan industri farmasi menengah ke bawah sehingga harus dibantu agar mampu memenuhi kebutuhan obat dalam negeri,” ujarnya.

Untuk itu, pemerintah akan meluncurkan program obat generik bersubsidi (OGS). Program itu untuk menjaga kestabilan harga obat-obatan generik dan obat generik bermerek selama setahun ke depan, memberdayakan kemampuan industri farmasi menengah ke bawah, serta menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat di seluruh provinsi di Indonesia.

Dalam program itu, obat-obatan yang dilindungi adalah obat-obatan paling dibutuhkan masyarakat (fast moving) dan obat-obatan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Subsidi juga diberikan bagi obat esensial, obat program kesehatan, dan obat yang tak bernilai ekonomis tetapi sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan.

”Subsidi yang diberikan berasal dari APBN sebesar Rp 280 miliar dengan skema yang akan ditentukan Depkes,” Fadilah menegaskan. Agar seluruh masyarakat dapat menikmati obat bersubsidi, apotek diwajibkan menyediakan OGS.

Berkelanjutan

Ketua Umum Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia Anthony Ch Sunarjo menyambut positif program OGS. ”Yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan program subsidi bahan baku obat generik dan generik bermerek tersebut mengingat subsidi itu memberatkan anggaran pemerintah,” ujarnya.

Menurut Fadilah, industri farmasi yang memproduksi obat generik menggunakan bahan baku yang disubsidi pemerintah, harga obat jadinya harus sesuai dengan ketentuan Menkes tentang harga obat generik bersubsidi dan obat generik bersubsidi bermerek (OGSM). Harga OGSM maksimum tiga kali harga OGS.

Sumber: kompas

Senin, 05 Januari 2009

OBAT GENERIK YANG OFF PATENT

Pemasaran obat generik dunia dipastikan akan bergairah dalam hari-hari mendatang. Bukan karena makin banyak orang sadar obat generik mutunya tak beda dari obat paten, tetapi lebih banyak disebabkan habisnya masa paten dari beberapa obat yang selama ini menjadi tambang emas pabrik obat raksasa dunia. Image obat generik hanya obat sederhana seperti tetracyclin dan amoxycillin niscaya akan berubah karena banyaknya obat-obat elite yang antri ke barisan obat generik.

Seperti diketahui berdasarkan hak edarnya, dunia mengenal istilah obat paten dan obat generik. Suatu obat disebut obat paten bila hanya diproduksi oleh pabrik yang menemukan obat atau yang diberi izin oleh penemunya.


Pabrik penemu diberi hak paten 15 sampai 20 tahun untuk memonopoli produksi. Bila hak paten habis, pabrik lain boleh memproduksi obat tersebut. Bila obat tersebut dijual dengan nama kimia zat berkhasiatnya, kita menyebutnya sebagai obat generik.

Lihat saja Norvasc (di Indonesia dipasarkan dengan nama Norvask), obat tekanan darah tinggi dan angina buatan Pfizer yang kondang itu. Selama belasan tahun obat ini menduduki sepuluh besar obat terlaris dunia. Tahun 2006 obat ini merupakan obat terlaris kedua di Indonesia. Nilai penjualan Norvask di Indonesia untuk tahun 2006 mencapai 121,453 milyar rupiah. Nah, tepat 31 Januari 2007 kemarin masa paten Norvask berakhir dan berlomba-lombalah pabrik farmasi lain di dunia membuat versi generiknya (amlodipin). Dan di Indonesia kini sudah beredar amlodipin 5 mg dengan harga jual sekitar sepertiga harga Norvask. Beberapa obat laris dunia juga akan habis hak patennya pada 2008, diantaranya Risperdal (risperidone), Fosamax (alendronate), Kytryl (granisetron), Tequin (gatifloxacin), dan Clarinex (desloratadin).


Dan yang paling ditunggu-tunggu dunia farmasi sebernarnya adalah habisnya masa paten Lipitor (atorvastatin calcium), obat anti cholesterol yang merajai omzet pemasaran obat dunia selama bertahun-tahun. Selama ini Lipitor telah menambah pundi-pundi penjualan Pfizer sekitar 12 milyar dolar. Di Indonesia saja nilai penjualan Lipitor tahun 2006 berjumlah 95,569 milyar rupiah. Tambang emas Pfizer ini akan habis masa pantennya sekitar 2 tahun lagi, yang tentunya akan menambah kemeriahan dunia obat generik tanah air. Lepasnya hak paten tentu merupakan kesedihan bagi Pfizer yang kehilangan monopoli penjualan, tapi tidak bagi ratusan pabrik farmasi lain di banyak negara yang seakan-akan mendapat durian runtuh. Dan yang lebih penting, kegembiraan si sakit/konsumen bisa mendapatkan obat bagus dengan harga lebih murah. Dibawah ini kami lampirkan Daftar Obat yang habis hak patennya tahun 2007 – 2009 yang dikutip dari Express Scripts and Generik Pharmaceutical Association.

  • Lotrel (Amlodipine and benazepril) – Novartis Jan. 31, 2007
  • Norvasc (Amlodipine) – Pfizer Jan. 31, 2007
  • Actiq (Fentanyl transmucosal) – Cephalon Feb. 5, 2007
  • Aceon (Perindopril) – Solvay Feb. 21, 2007
  • Alocril (Nedocromil) – Allergan April 2, 2007
  • Imitrex (Sumatriptan) – GlaxoSmithKline June 28, 2007
  • Geodon (Ziprasidone) – Pfizer Sept. 2, 2007
  • Coreg (Carvedilol) – Glaxo Sept. 5, 2007
  • Meridia (Sibutramine) – Abbott Dec. 11, 2007
  • Mavik (Trandolapril) – Abbott Dec. 12, 2007
  • Tequin (Gatifloxacin) – Glaxo Dec. 25,2007
  • Zyrtec (Cetirizine) – Pfizer Dec. 25, 2007
  • Clarinex (Desloratadine) – Schering-Plough 2007
  • Fosamax (Alendronate) – Merck Feb. 6, 2008
  • Camptosar (Irinotecan) – Pfizer Feb. 20, 2008
  • Effexor/XR (Venlafaxine) – Wyeth June 13, 2008
  • Zymar (Gatifloxacin) – Allergan June 25, 2008
  • Dovonex (Calcipotriene) – Bristol-M. Sq. June 29, 2008
  • Kytril (Granisetron) – Roche June 29, 2008
  • Risperdol (Risperidone) – Janssen June 29, 2008
  • Depakote (Divalproex sodium) – Abbott July 29, 2008
  • Advair (Fluticasone and salmeterol) – Glaxo Aug. 12, 2008
  • Serevent (Salmeterol) – Glaxo Aug. 12, 2008
  • Casodex (Bicalutamide) – Bristol-M Squibb Oct. 1, 2008
  • Trusopt (Dorzalamide) – Merck Oct. 28, 2008
  • Zerit (Stavudine) – Bristol-M Squibb Dec. 21, 2008
  • Lamictal (Lamotrigine) – Glaxo Jan. 22, 2009
  • Vexol (Rimexolone) – Alcon Labs Jan. 22, 2009
  • Avandia (Rosiglitazone) – Glaxo Feb. 28, 2009
  • Topamax (Topiramate) – Johnson & J 26, 2009
  • Glyset (Miglitol) – Pfizer July 27, 2009
  • Xenical (Orlistat) – Roche Dec. 18, 2009
  • Valtrex (Valacyclovir) – Glaxo Dec. 23, 2009
  • Avelox (Moxifloxacin) – Bayer Dec. 30, 2009


dikutip dari apotekputer.com

Kamis, 01 Januari 2009

Selamat Tahun Baru 2009